SEJARAH PANJANG KONSTANTINOPEL
KONSTANTINOPEL adalah nama sebuah kota kuno berdiri sejak ratusan
tahun sebelum masehi. Di buku sejarah sekolah (SMP/SMA) Kota ini tak
luput dari liputan. Lalu dimanakah kota itu sekarang? Kota itu masih
tetap berada di sana yaitu benua EROPA, tepatnya masuk EROPA TIMUR dan
masuk ke wilayah MEDITERANIA. Kini KONSTANTINOPEL telah berganti nama
menjadi ISTAN(M)BUL (taken from “Istampolin” – Greek/Yunani). Ingatkah
Anda tentang kisah Kaisar KONSTANTIN (jaman kekaisaran ROMAWI) dalam
buku Dan Brown “Da Vinci Code”? Cikal bakal perayaan NATAL umat
kristiani bermula dari sana. Bagaimana akhirnya kini bisa dalam wilayah
negara TURKI?
Yuk kita simak ceritanya di bawah sono…
, Kota Istanbul Turkey adalah kota ke-10 (dari 25)
kota WISATA paling populer/banyak dikunjungi di benua EROPA (by
traveller’s choice ~ tripadvisor), konon 23 juta turis/tahun.
Hmm…Indonesia pengin 7 juta/tahun saja empot-empotan utk mencapainya.
Tapi wajar saja, mengingat betapa TUAnya PERADABAN di
Konstantinopel/Istanbul ditambah KEINDAHAN ALAM yg LUAR BIASA
(mediterania sdh pasti CANTIK)… ditambah lagi BUDAYA UNIK nya (karena di
2 benua EROPA+ASIA), maka pelancong pun berdatangan ke sana. Bahkan
STEVE JOBS (apple inc) mengatakan pengalaman travellingnya yangpaling
berkesan ialah saat ke MEDITERANIA (Yunani, Itali, Turkey). Di Turkey
sendiri ia sampai meminta bantuan Profesor Sejarah utk mendampinginya.
Wow… fantastic… wonderful…(I’m speechless)
:)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Berikut ini Copas dr
http://wanitakaya.wordpress.com/2012/03/15/sejarah-konstantinopel-istanbul-turkey/
Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah
Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang
penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun
berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.
Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda
“Kota
Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya
adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya
adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang
bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang
akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia
mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di
sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota
ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan
al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan
sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa
hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya
berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks.
Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan
Benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud
adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh
al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits
al-Shahihah.
Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan
nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat
bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits
di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru
Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya
tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan
muslimin.
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani
Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul.
Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih
tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great
memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan
strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu
Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan
dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia,
setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople yang kini
menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja
meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban.
Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai
ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat
sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan
Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan
dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars,
Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun
misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin
menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga
atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di
atas.
Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan
bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya.
Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak
juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota
itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang
pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap
saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun
lamanya.
Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok
yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu
menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta.
Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW,
bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau
SAW.
Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut
dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam,
namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada
peperangan.
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa
Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga
dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*), “sang Penakluk”, dalam bahasa Turki
Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;
Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di
Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika
berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481).
Lambang Kekhalifahan
Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan
Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan,
sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin,
Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah
meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud
sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu
dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi
Barat
di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang
pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu” setelah Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan
Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di
”Ain Al-Jalut” melawan tentara Mongol).
Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu
Bandar
termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam
khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah
sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini
didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I.
Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika
umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah
Shallallahu ”Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar
gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti
dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam pada perang
Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan
Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu”awiyah
bin Abi Sufyan Radhiallahu ”Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya
yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman
pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui
kegagalan termasuk di zaman Khalifah
Harun
al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha
menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia
Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan
(455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos
(Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar
wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan
bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam
untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan
Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M.
Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa
Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat
Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan
dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru.
Hasrat
dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863
H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel.
Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam
masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar
Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara
Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak
beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah
Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha
ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha
yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga
menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.
Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai
berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan
Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak
kecil, dia dididik secara intensif oleh para ”ulama terulung di
zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad
bin Isma”il Al-Kurani telah menjadi murabbi
Amir
Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang
”ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh
Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan
kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah
gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang
diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh
Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir
Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur”an dalam waktu
yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin)
merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar
Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur”an, hadits, fiqih, bahasa
(Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan
sebagainya.
Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah
orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ”Alaihi Wasallam di
dalam hadits pembukaan Kostantinopel.
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq
Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng
kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam
-teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan
intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ”Alaihi
Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau
menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan
terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan
mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan
Giovani Giustiniani dari Genoa.
Constantine XI
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan
Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul
Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih
lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad,
kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan
Allah
Subhana Wa Ta”ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur”an mengenainya
serta hadis Nabi Shallallahu ”Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota
Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada
Bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.
Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di
sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat
pasukan
Artileri
harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara
pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan
Giustiniani dan dari arah timur
Armada
laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi
dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa
jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung
mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun
dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan
kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam
waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui
Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan,
yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari
rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki
wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun
Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy)
yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).
70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai.
Rantai yang menghalangi kapal masuk ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia)
Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke
benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus
membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota
itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya
berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta”ala.
Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi
hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei
1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah
komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan
dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di
lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari.
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah
tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya
Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama
pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri
meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri
lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan
gugur di peperangan.
Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya
The Great Turkish Bombard
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah
tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil
menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan
bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat
juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya
mengantarkan cita-cita mereka.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong
berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi
perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen
karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus
dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat
perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar
negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi).
Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya).
Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap
sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari
nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota,
membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan
terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah
sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan
mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi
Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan
dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.
waw.. panjang yah,, :)